JAMBI – Dinginnya pagi di Kota Jambi seolah tak mempengaruhi semangat petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Mereka mempersiapkan sesuatu yang tak biasa di depan Kantor Bappeda—sebuah alat berat berdiri megah, siap menghancurkan ribuan botol minuman alkohol yang tersusun rapi di sampingnya.
Pemusnahan masif ini bukanlah sebuah upacara biasa. Ini adalah pernyataan tegas dari Kasat Pol PP Kota Jambi, Feriadi, dan timnya terhadap tindak kejahatan dan pelanggaran Perda di kota ini.
“Minuman-minuman ini adalah hasil razia dan barang bukti penegakkan Perda di Kota Jambi,” ujar Feriadi sambil menatap tumpukan botol yang siap dihancurkan. Meski di wajahnya tampak serius, ada kepuasan terselip; sebuah kemenangan kecil dalam perang melawan pelanggaran hukum yang tak pernah berakhir.
Namun, botol minuman alkohol bukan satu-satunya yang menjadi sasaran hari ini. Di antara tumpukan itu, tampak juga gitar, baju badut, dan berbagai barang bukti lainnya—hasil dari penindakan yang telah dilakukan beberapa waktu lalu oleh Satpol PP.
Mengapa di depan Kantor Bappeda? Lokasi itu dipilih bukan tanpa alasan. “Ini adalah peringatan bagi semua,” imbuh Feriadi. “Bukan hanya bagi mereka yang telah kami tangkap, tapi juga bagi mereka yang masih bersembunyi. Kota Jambi bukan tempat untuk melanggar hukum.”
Alat berat itu pun mulai beraksi. Dengan perlahan, namun pasti, botol-botol itu hancur berkeping. Begitu juga dengan barang-barang lain. Tiap hancuran kaca adalah simbol dari kejatuhan mimpi-mimpi pelanggar hukum yang berusaha merusak tatanan sosial kota ini.
Pemusnahan ini juga membawa pesan khusus—efek jera. “Kami akan terus melakukan penindakan,” tegas Feriadi. “Tidak ada kompromi untuk mereka yang melanggar Perda.”
Seiring dengan hancurnya barang-barang tersebut, hancur pula harapan para pelanggar untuk lolos dari cengkeraman hukum. Satpol PP Kota Jambi telah menunjukkan taringnya, dan pesan mereka jelas: ada harga yang harus dibayar untuk setiap tindak pelanggaran. Mereka siap, dan Kota Jambi akan terus berjaga.(dra)
